Hei… pikiran orang yang sendirian itu memang menakutkan. Ia liar. Berkeliaran tanpa ada batasan. Maka jangan salahkan aku ketika sendiri aku
sering membawamu dalam pikiranku. Lengkungan tipis di sudut bibirmu menjadi bayangan favoritku. Terlebih berkhayal bahwa itu sengaja diperuntukkan untukku. Ah menyenangkan bukan bisa berkhayal. Toh di dalamnya aku pun tak akan pernah menerima penolakan.
Ritual berkhayal ku setidaknya selalu mampu membuat mood menjadi lebih baik. Segala yang tersirat mampu ku ungkap secara tersurat. Ringan sekali mengucap segala kata-kata haram saat berkhayal. Dan aku suka. Aku bisa bertanya banyak hal dengan jawaban yang aku ciptakan. Tak perlu lagi ku kenal kata malu dalam dunia khayalku. Yang kutemui ketenangan dan kesenangan. Toh dalam hidup ini kita pasti membutuhkan ruang sendiri bukan?
Kau tau? Tak dapat ku pungkiri mencintaimu dalam diam adalah sebuah kebiasaan. Sangat berbeda dengan caraku menyikapimu. Karna ku sadar betul kau bukan hakku. Ada aturan main dari Allah tentang bagaimana caraku menyikapimu. Sedang dari hati yang paling dalam jujur saja, aku bahkan iri pada mereka yang mampu mengungkapkan. Karna sebenarnya aku pun ingin. Ah tapi maluku setidaknya membuatku berwibawa dalam hal menjaga cinta. Aku tak bakat menodai cinta, dan sebut saja itu sebuah kelebihan.
Ganas memang jika berbicara tentang cinta. Apalagi cinta bisa membuat orang tuli dari nasehat buta dari fakta dan parahnya mati dalam rasa. Jika kau bukan ahli cinta maka jangan bermain-main dengannya. Karna cinta itu butuh ilmu supaya tahu bagaimana memposisikannya tanpa ada pihak yang terluka.
Kau tau? Tentang rasa yang menyeruak hebat tapi pada masa yang tak tepat adalah ujian. Menyakitkan. Menyedihkan. Terlebih bila menjalaninya seorang diri. Benar-benar kasihan. Dan aku lebih memilih seperti ini. Jadi boleh kan aku menyebut diriku kasihan (?). Dan aku dituntut pula untuk tidak bosan. Dimana rasa kepedulianmu padaku? Ingin benar aku memintanya, tapi bagaimana cara meminta tanpa mengungkapkan? Kini khayalku kembali bermain. Andai namaku adalah Aamiin yang kau ucap setiap waktu sebagai penutup doamu tentu sangat menyenangkan bukan? ah tapi mana mungkin aku perempuan dengan nama kelaki-lakian seperti itu.